Salah
satu komitmen Depkes pada tanggal 21 Agustus 2008, di Jakarta, Menteri
Kesehatan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.J(PK) membuka Konferensi
Nasional Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (Konas PAM-RT) dan
meluncurkan 10.000 desa kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Hal yang patut kita
dukung bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diharapkan terbentuknya Tim Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam membangun kesadaran dan peran serta dari masyarakat yang bekerjasama dengan tokoh masyarakat lintas sektor dengan melakukan sosialisasi mengenai akibat buruk dari kebiasaan BAB sembarangan baik dari rasa malunya, rasa jijik, harga diri, segi agama dan juga kesehatan.
dukung bersama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dengan adanya kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diharapkan terbentuknya Tim Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam membangun kesadaran dan peran serta dari masyarakat yang bekerjasama dengan tokoh masyarakat lintas sektor dengan melakukan sosialisasi mengenai akibat buruk dari kebiasaan BAB sembarangan baik dari rasa malunya, rasa jijik, harga diri, segi agama dan juga kesehatan.
Seberapa penting jamban di rumah tangga??? Coba bayangkan, seandainya di rumah kita tidak ada Jamban atau istilah kerennya WC (Water Closet),
kalau mereka yang tidak terbiasa pasti tidak sanggup membayangkannya
khususnya mereka yang tinggal di daerah perkotaan yang bukan pinggiran,
tapi bagi mereka yang biasa, ya tidak jadi masalah, toh ada kebun,
selokan, atau Jamban terpanjang di Dunia (Pinggiran Sungai yang biasa
ada Jamban terapung) dan itu dianggap lumrah.
Jamban merupakan
sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masayarakat.
Sebenarnya, masyarakat sadar dan mengerti arti pentingnya mempunyai
jamban sendiri di rumah. Alasan utama yang selalu diungkapkan masyarakat
mengapa sampai saat ini belum memiliki jamban keluarga adalah tidak
atau belum mempunyai uang. Penulis teringat cerita mengenai dana Bantuan
Langsung Tuna (BLT) pada saat penulis menonton acara berita di salah
satu televisi swasta tanah air mengenai dialog antara Bapak Wakil
Presiden yang turun langsung ke masayarakat, ada masyarakat (seorang ibu
rumah tangga) yang protes mengenai mengapa dirinya tidak mendapatkan
dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) padahal tahun lalu ibu tersebut
mendapatkan dana Bantuan Tunai Langsung (BLT) tersebut, pada saat
ditanya kembali oleh Bapak Wakil Presiden kenapa bisa demikian??? Ibu
tersebut menjelasakan bahwa petugas survey melihat kalau Jamban atau WC
ibu tersebut sudah memakai keramik dan bersih, sedangkan tahun lalu
belum dikeramik dan terlihat jorok, selanjutnya Bapak Wakil Presiden
langsung mengatakan untuk mendata ulang kembali mungkin ada kriteria
miskin yang perlu disepakati.
Melihat kenyataan
tersebut, sebenarnya tidak adanya jamban di setiap rumah tangga bukan
semata faktor keadaan ekonomi. Tetapi lebih kepada belum adanya
kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS). Jamban pun tidak harus mewah dengan biaya yang mahal. Cukup yang
sederhana saja disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rumah tangga. Buat
apa jamban yang mewah sementara perilaku buang air besar (BAB) masih
tetap sembarangan. Ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat untuk
membuat atau membangun jamban yaitu ketergantungan pada bantuan
pemerintah dalam hal membangun jamban. Hal ini merupakan bagian dari
kesalahan masa lalu dalam penerapan kebijakan yang justru cenderung
memanjakan masyarakat.
Program pembangunan
jamban yang dilakukan selama ini kurang optimal khususnya dalam
membangun perubahan perilaku masyarakat. Pendekatan yang dilakukan
mempunyai karakteristik yang berorientasi kepada konstruksi atau
bangunan fisik jamban saja, tanpa ada upaya pendidikan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang memadai. Selain itu desain jamban yang
dianjurkan seringkali mahal bagi keluarga miskin. Subsidi material tidak
dapat dilanjutkan baik oleh pemerintah maupun oleh donor. Akhirnya
proyek tidak efektif menjangkau kelompok masyarakat miskin. Jamban
dibangun, tetapi seringkali tidak digunakan masyarakat.
Sosialisasi ini tidak
hanya dilakukan di tempat dan hari-hari tertentu dan bukan hanya pada
kelompok masayarakat tertentu, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Dan
faktor terpenting adalah individu dalam rumah tangga sebagai kelompok
terkecil dari masyarakat. Prinsip pembangunan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) tidak menerapkan adanya bantuan finansial atau subsidi
secara langsung kepada rumah tangga. Akhirnya penulis menyampaikan mari
lakukan Perilaku Hidup Bersih dan sehat dengan membangun Jamban di
Rumah Tangga, tidak perlu mahal dan berkesan mewah tetapi
memenuhi syarat kesehatan “Kalau Bukan Kita Siapa Lagi, Kalau Bukan
Sekarang Kapan Lagi”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar